Kekayaan yang dimiliki negeri ini tidak
menjamin dapat memberikan nasib yang baik bagi penghuninya. Semuanya bergantung
pada tingkat sosial, harta, dan materi yang dimiliki. Keadilan di negeri ini
masih saja menjadi ilusi dan fatamorgana di tengah gurun pasir.
Berawal dari sebuah ruang pengadilan, Sumarah
wanita 37 tahun seorang TKW menyanyikan baladanya mengenai kehidupan yang
kejam. Nama hitam yang diwariskan oleh ayahnya membuatnya menjadi pesakitan di
negeri sendiri. Apakah ada yang akan mendengar balada kehidupan Sumarah?
Akankah ia akan menerima vonis mati atas kesalahannya? Atau nasib masih sedikit
memberikan senyum bagi Sumarah?
Sebuah Naskah Sebuah Cerita
Naskah Balada Sumarah merupakan naskah
tragedi. Dimana naskah ini menceritakan kisah hidup Sumarah seorang TKW yang di
vonis mati karena kesalahannya membunuh majikannya. Di depan pengadilan dia
sama sekali tidak ingin melakukan pembelaan, namun ia meminta kesempatan untuk
sekedar menceritakan balada kehidupannya.
Dia menceritakan kisah hidupnya yang selalu
saja mengalami ketidakadilan. Sejak kecil ia selalu di kucilkan dari lingkungan
tempatnya tinggalnya, karena nama hitam ayahnya sebagai antek PKI yang pada
saat itu diciduk. Namun sebenarnya ayahnya hanyalah seorang pekerja dan kusir
biasa, namun ia hanya dijebak dan dituduh ikut bergabung dalam organisasi
terlarang tersebut.
Oleh karena nama hitam yang diwariskan
ayahnya itulah, kisah perjalanan hidup Sumarah tidak pernah mulus. Namun ia
tidak pernah putus asa dan pesimis, ia tetap berusaha melakukan yang terbaik
untuk memperbaiki kehidupannya. Sumarah sangat percaya pentingnya pendidikan ia
selalu menjadi siswa terbaik di sekolahnya dan lulus dengan nilai tertinggi.
Namun pada akhirnya nasib orang kecil tetap harus membawa Sumarah pada posisi
yang terdiskreditkan. Tidak ada kesempatan bagi Sumarah untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak hanya karena tidak mendapatkan keterangan bersih dari PKI
yang menyeret-nyeret nama ayahnya tersebut. Bahkan untuk masalah cinta pun ,
Sumarah tetap tidak bisa mendapatkan dambaan hatinya dengan alasan yang sama.
Sumarah hanya pasrah pada nasibnya tersebut,
seorang siswa yang lulus dengan nilai tertinggi hanya bisa menjadi menjadi babu
dan kuli karena nasib sebagai orang kecil. Karena untuk mendapatkan perlakuan
yang layak butuh lembaran-lembaran selipan untuk mempermulusnya. Hingga akhirnya
Sumarah memutuskan unuk menjadi TKW di Arab agar mendapatkan gaji yang layak
seperti yang didengarnya dari teman sekampungnya yang pulang dari Arab.
Nasib masih saja mempemainkan Sumarah. Angan
dan harapannya untuk menjadi lebih baik di negeri orang ternyata tidak seindah
yang ia bayangkan. Di arab ia selalu diperlakukan kasar oleh majikannya. Bahkan
pada akhirnya kehormatannya di renggut oleh majikannya sendiri.
Merasa selama ini selalu diperlakukan tidak
adil di negeri sendiri dan di negeri orang lain, bahkan selalu disalahkan untuk
sesuatu yang tak pernah ia lakuakan, Sumarah memutuskan untuk melakukan
pembenaran atas segala tuduhan jelek yang selalu ditujukan padanya. Ia pada
akhirnya membunuh majikannya dengan segala kemarahan atas nasib yang selalu
mempermainkan orang kecil seperti dirinya.
0 komentar:
Post a Comment